Kamis, 06 Maret 2014
Wanita Arab Menyamar Jadi Lelaki untuk Memandu Bas
Saliha, seorang perempuan Arab Saudi, menyamar sebagai laki-laki agar boleh memandu bas untuk menafkahi keluarganya.
Saliha tinggal bersama orangtua dan empat saudara perempuannya di sebuah kawasan terpencil di wilayah barat daya Arab Saudi. Dia mengatakan ingin bekerja untuk membantu ayahnya yang sudah tua.
"Saya tinggal bersama orangtua dan empat saudara perempuan. Keadaan kehidupan kami sangat sulit," kata Saliha.
Suatu hari, lanjut Saliha, ayahnya ingin mengelola usaha layanan bas untuk mengantar pelajar perempuan ke sekolah.
"Ayah lalu mendiskusikan ideanya ini dengan warga desa. Mereka semua setuju kerana mereka percaya ayah saya, dan yakin ayah akan melindungi anak-anak perempuan itu," kenang Saliha.
"Warga desa juga senang kerana ayah boleh mendapatkan wang dengan memandu bus," ujar Saliha kepada harian Al Sharq.
Namun, kerana keadaan ayahnya yang sudah tua dan sakit-sakitan, Saliha menawarkan diri untuk melakukan pekerjaan itu.
"Saya melihat ayah yang sakit-sakitan, jadi saya menawarkan diri untuk menggantikannya, dan kerana saya pemandu kereta yang andal," ujar Saliha.
Saliha mengatakan, ayahnya sudah mengajari dirinya memandu sejak masih remaja.
"Namun, perlu waktu hingga ayah yakin bahawa saya boleh memandu bas menggantikan dirinya," tambah dia.
Setelah ayahnya setuju, untuk "mengakali" aturan yang melarang perempuan Arab Saudi memandu kereta, Saliha mengenakan pakaian lelaki dan sedikit mengubah tampilan wajahnya.
Saliha tinggal bersama orangtua dan empat saudara perempuannya di sebuah kawasan terpencil di wilayah barat daya Arab Saudi. Dia mengatakan ingin bekerja untuk membantu ayahnya yang sudah tua.
"Saya tinggal bersama orangtua dan empat saudara perempuan. Keadaan kehidupan kami sangat sulit," kata Saliha.
Suatu hari, lanjut Saliha, ayahnya ingin mengelola usaha layanan bas untuk mengantar pelajar perempuan ke sekolah.
"Ayah lalu mendiskusikan ideanya ini dengan warga desa. Mereka semua setuju kerana mereka percaya ayah saya, dan yakin ayah akan melindungi anak-anak perempuan itu," kenang Saliha.
"Warga desa juga senang kerana ayah boleh mendapatkan wang dengan memandu bus," ujar Saliha kepada harian Al Sharq.
Namun, kerana keadaan ayahnya yang sudah tua dan sakit-sakitan, Saliha menawarkan diri untuk melakukan pekerjaan itu.
"Saya melihat ayah yang sakit-sakitan, jadi saya menawarkan diri untuk menggantikannya, dan kerana saya pemandu kereta yang andal," ujar Saliha.
Saliha mengatakan, ayahnya sudah mengajari dirinya memandu sejak masih remaja.
"Namun, perlu waktu hingga ayah yakin bahawa saya boleh memandu bas menggantikan dirinya," tambah dia.
Setelah ayahnya setuju, untuk "mengakali" aturan yang melarang perempuan Arab Saudi memandu kereta, Saliha mengenakan pakaian lelaki dan sedikit mengubah tampilan wajahnya.
Untuk sementara waktu, tak ada yang menyedari bahwa pemandu bas antara jemput pelajar itu adalah seorang perempuan.
"Suatu hari, saya lupa, masih terdapat hiasan hena di tangan saya, dan beberapa pemuda melihatnya," kata Saliha.
"Mereka lalu mengepung saya dan bertanya mengapa pria mengenakan hiasan hena di tangannya. Saya lalu mengatakan kepada mereka bahwa saya adalah perempuan,, dan menjelaskan situasinya," papar Saliha.
"Hari berikutnya, sejumlah tetua desa datang untuk menemui ayah saya. Kami sangat khawatir mereka akan menegur ayah saya terkait peristiwa sehari sebelumnya," tambah dia.
Beruntung, ternyata para tetua desa justru senang bahwa Saliha yang mengemudikan bus untuk pelajar perempuan itu. Akhirnya, Saliha bisa terus bekerja dan mendapatkan uang sebesar 4.000 riyal atau sekitar Rp 10 juta per bulan.
"Di kawasan ini tidak ada polisi lalu lintas dan tak ada kantor pemerintahan besar sehingga saya bisa mengemudi dengan bebas," pungkas Saliha sambil tertawa.
http://www.ingaterus.com/ "Suatu hari, saya lupa, masih terdapat hiasan hena di tangan saya, dan beberapa pemuda melihatnya," kata Saliha.
"Mereka lalu mengepung saya dan bertanya mengapa pria mengenakan hiasan hena di tangannya. Saya lalu mengatakan kepada mereka bahwa saya adalah perempuan,, dan menjelaskan situasinya," papar Saliha.
"Hari berikutnya, sejumlah tetua desa datang untuk menemui ayah saya. Kami sangat khawatir mereka akan menegur ayah saya terkait peristiwa sehari sebelumnya," tambah dia.
Beruntung, ternyata para tetua desa justru senang bahwa Saliha yang mengemudikan bus untuk pelajar perempuan itu. Akhirnya, Saliha bisa terus bekerja dan mendapatkan uang sebesar 4.000 riyal atau sekitar Rp 10 juta per bulan.
"Di kawasan ini tidak ada polisi lalu lintas dan tak ada kantor pemerintahan besar sehingga saya bisa mengemudi dengan bebas," pungkas Saliha sambil tertawa.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar